Select Page

Lima mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yakni Dimas Abdillah, Mariatul Kiftiyah, Achmad Jalaludin, Siti Fadilatul Rahmadani, dan Ulfa Rahmawati dibawah bimbingan Ibu Nur`aini Kartikasari S.Si, M.Sc menciptakan media tanam berbentuk batu bata dengan bahan organik miselium jamur sebagai biokomposit termodifikasi efek relaksasi, ramah lingkungan, dan berdaya serap rendah.

Living Bricks sebagai batu bata ajaib menjadi produk 6 in 1 yang memiliki 6 manfaat atau keunggulan dalam 1 produk.  Keunggulan yang pertama adalah efek relaksasi, media tanam ini mampu memunculkan aroma segar yang kami dari inovasikan dari limbah ampas kopi, sehingga Living Bricks hadir dengan tampilan yang menyejukkan lingkungan dan dapat meredakan stres ataupun depresi.

Keunggulan kedua adalah kandungan zat hara yang tinggi, hal ini disebabkan guna memunculkan miselium jamur, kami membuat baglog jamur tiram putih dengan komposisi serbuk kayu sengon sebesar 35%, bekatul 20%, kapur 6%, gips 1,5%, cocopeat 7,5%, ampas kopi 20%, dan fly ash sebesar 10%. Semua bahan dasar ini memiliki kandungan selulosa, lignin, dan hemiselulosa yang dapat menjadi nutrisi untuk tanaman, sehingga tanpa dibutuhkan perawatan yang intens saat menanam tanaman menggunakan Living Bricks.

Keunggulan yang ketiga adalah berdaya serap rendah, Living Bicks meningkatkan sirkulasi udara di sekitar akar tanaman yang mengurangi risiko kematian akibat terlalu lembab sehingga timbul sarang penyakit pada tanaman.

Produk Living Bricks menggunakan cocopeat dengan kandungan trichoderma molds nya yang mampu mengendalikan hama tanaman sehingga menjadi keunggulan yang keempat yaitu resisten terhadap hama.

Selanjutnya, kemampuan drainase yang optimal akibat permukaan Living Bricks yang berpori menjadi keunggulan kelima yaitu menghindari genangan air secara berlebihan sehingga tidak menyebabkan pembusukan akar tanaman dengan kata lain produk Living Bricks memiliki daya durabilitas yang tinggi.

Selain itu, produk Living Bricks menjadi praktis dan efisien karena berbentuk batu bata yang dapat digunakan alternatif metode vertical  garden dengan keunggulan hemat dan mudah, tidak lagi memerlukan pot sebagai tempat menanam biji, tetapi Living Bricks menyediakan tempat untuk menanam biji secara langsung pada struktur batu bata miselium tersebut. Kondisi ini menjadikan konsumen tidak perlu membeli rak untuk tempat menggantungkan pot, karena Living Bricks dapat disusun layaknya dinding rumah yang sangat cocok untuk lahan sempit.

CEO Living Bricks, Dimas Abdillah menjelaskan bahwa saat ini inovasi batu bata organik telah beredar dipasaran, akan tetapi belum ada produk batu bata organik yang dimanfaatkan sebagai media tanam melainkan hanya sebagai konstruksi bangunan. Ide produk ini tercipta karena masalah kependudukan, mulai dari pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang meningkat secara signifikan serta penyebaran penduduk yang tidak merata. Masalah ini menyebabkan konversi lahan perkebunan untuk perumahan, sehingga Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi dikesampingkan. “Padahal faktanya, kualitas udara di Indonesia semakin memburuk dengan tingginya emisi gas karbon akibat banyaknya polutan yang masuk ke udara”, sambungnya.

Dikutip dari Air Quality Life Index (AQLI) pada tahun 2022, Indonesia menjadi negara yang mengalami kekurangan udara bersih dengan menempati peringkat ke 17 dari 129 negara.

CPO Living Bricks, Siti Fadila mengatakan perlu adanya suatu inovasi yang memiliki peluang dan menjawab permasalahan serta sesuai dengan tren kekinian. “Living Bricks sebagai media tanam organik berbentuk batu bata dengan miselium jamur sebagai biokomposit termodifikasi efek relaksasi, ramah lingkungan, dan berdaya serap rendah sangat bermanfaat untuk masyarakat kota dilahan sempit,”ujarnya.

CMO Living Bricks, Mariatul juga menyebutkan bahwa kepadatan penduduk yang tinggi akan kebutuhan mebel, maraknya coffee shop, potensi dataran rendah akan sumber daya kelapa dan padi meninggalkan berbagai macam limbah mulai dari serbuk kayu sengon, ampas kopi, bekatul hingga cocopeat. Sehingga adanya keterlimpahan limbah ini dapat dianfaatkan menjadi suatu produk yang berguna untuk mengurangi polusi udara dan menjawab kebutuhan masyarakat akan pendingin ruangan. Limbah industri mebel dan rumah tangga sangat potensial untuk dijadikan media tanam,” ungkap Maria.

Living Bricks menyasar masyarakat urban Malang yang gemar berkebun di tengah kondisi lahan sempit dengan harapan dapat berkembang ke seluruh Indonesia melalui akun media sosial dan Living Bricks, seperti instagram, facebook, youtube dan juga marketplace mulai dari shopee, lazada, hingga tokopedia.

“Diharapkan media tanam Living Bricks digemari oleh masyarakat dan mengatasi permasalahan polusi udara. Informasi lebih lanjut mengenai Living Bricks dapat dilihat pada laman Instagram @livingbrick.id,” ungkap CTO Living Bricks, Ulfa.

Informasi terkait produk dan cara pemesanan berada di Instagram @livingbrick.id dan website resmi kami https://livingbrick.opsiteagency.com/