Select Page

Salah satu ancaman bagi petani setelah berhasil panen adalah serangan hama jamur. Penanganan pasca panen komoditas pangan rawan ditumbuhi Aspergillus flavus yang menghasilkan aflatoksin. Komoditas pangan yang tercemar oleh aflatoksin menjadi beracun sehingga tidak layak untuk dikonsumsi maupun diperjualbelikan. Civitas biologi UM yang terdiri atas Emilda Firdiana Avis, Betty Lukiati, Agung Witjoro, Sitoresmi Prabaningtyas meneliti potensi antifungi ekstrak etanol jahe merah terhadap Aspergillus flavus. Penelitian dilaksanakan di laboratorium jurusan biologi Universitas Negeri Malang.

Penelitian yang dilakukan oleh Emilda, dkk bertujuan untuk menguji potensi ekstrak etanol jahe merah sebagai antifungi Aspergillus flavus dengan menggunakan parameter daya hambat pertumbuhan Aspergillus flavus. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian adalah metode dilusi pada agar PDA. Konsentrasi ekstrak etanol jahe merah yang digunakan adalah 0% sebagai kontrol negatif, kemudian bertingkat 0,5%; 1%; 1,5%; 2%; 2,5% sebagai perlakuan dan digunakan fungisida mancozeb 10 μg/ml sebagai kontrol positif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) terbukti memiliki efek antifungi terhadap Aspergillus flavus yang ditunjukkan dengan penurunan diameter pertumbuhan Aspergillus flavus seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak yang diberikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak jahe merah dapat dimanfaatkan sebagai salah satu obat hama yang ramah lingkungan yang selaras dengan SDG ke – 15. Sebagai upaya diseminasi, hasil penelitian ini juga telah dipresentasikan dan dipublikasikan dalam SNBP 2021.